• Senin, 22 Desember 2025

PMS Berbeda dengan Menstruasi, Ternyata Masih Banyak yang Salah Paham

Photo Author
- Selasa, 4 Juli 2023 | 06:00 WIB
salah satu gejala PMS yang umum dirasakan yaitu kram perut (pexels.com/sora shimazaki) - suratdokter.com
salah satu gejala PMS yang umum dirasakan yaitu kram perut (pexels.com/sora shimazaki) - suratdokter.com

Banyak orang masih menganggap bahwa PMS adalah sinonim dari menstruasi. Padahal keduanya merupakan hal yang berbeda.

Jika ada teman wanita kita yang mengalami mood swings, mengeluh pegal dan kram perut, serta nafsu makan meningkat, kita kadang spontan bertanya, “Lagi PMS, ya?”

Tebakan itu tidak sepenuhnya salah karena gejala-gejala tadi memang contoh gejala PMS. Tapi, kadang yang dimaksud si penanya adalah menstruasi dan bukan PMS-nya.

Tidak hanya laki-laki, terkadang wanita yang sedang menstruasi pun menyebut dirinya mengalami PMS alih-alih bilang bahwa dirinya sedang haid.

Nah, agar tidak salah sambung, pada artikel ini akan dijelaskan apa sebenarnya PMS dan menstruasi itu, serta informasi lebih detail tentang PMS dan cara mengatasinya.

PMS Berbeda dengan Menstruasi


Menstruasi atau haid adalah salah satu fase siklus bulanan sistem reproduksi wanita yang terjadi ketika dinding rahim bagian dalam meluruh dan keluar lewat vagina. Dinding rahim yang luruh ini mengandung sel telur yang tidak dibuahi dan banyak pembuluh darah.

Rata-rata, menstruasi terjadi setiap 28 hari sekali. Namun, rentangnya bisa bervariasi bagi tiap wanita. Waktu terjadinya menstruasi yang normal biasanya setiap 23-35 hari sekali.

Periode menstruasi tiap wanita pun pun berbeda-beda. Rentang durasinya bisa dua hingga tujuh hari, dengan perdarahan paling banyak terjadi pada dua hari pertama.

Selama menstruasi, wanita akan kehilangan antara 20-90 mililiter darah (sekitar satu hingga 5 sendok makan). Namun, ada juga sebagian wanita yang mengalami pendarahan lebih banyak dari jumlah tersebut.

Sedangkan Pre Menstrual Syndrome (PMS) adalah sebutan untuk kondisi dimana seorang wanita mengalami berbagai gejala menjelang fase menstruasi.

Gejala PMS biasanya terjadi setelah fase ovulasi, umumnya pada minggu menjelang menstruasi. Kondisi ini bahkan bisa berlangsung sampai lima hari atau lebih setelah hari pertama menstruasi.

Dikutip dari Healthline oleh Surat Dokter, sekitar 48 persen wanita usia produktif (subur) mengalami PMS. Lalu, 20 persen dari jumlah tersebut diketahui mengalami gejala PMS yang cukup parah hingga mereka kesulitan untuk menjalani rutinitas mereka dengan baik.

Kesimpulannya, menstruasi adalah salah satu fase siklus reproduksi wanita dan PMS adalah kumpulan gejala yang dirasakan wanita menjelang dimulainya fase tersebut.

Penyebab PMS


Hingga kini, belum ada hasil penelitian yang pasti mengenai apa penyebab PMS sesungguhnya, pun penjelasan tentang perbedaan tingkat keparahan gejala yang berbeda pada tiap wanita.

Namun, para peneliti punya beberapa teori terkait penyebab munculnya PMS.

1. Perubahan Kadar Hormon 


Salah satu teori yang dipercaya oleh peneliti sebagai penyebab PMS yaitu adanya perubahan kadar hormon progesteron dan estrogen yang drastis dalam tubuh wanita.

Kadar kedua hormon ini terus berubah-ubah secara fluktuatif sepanjang siklus bulanan reproduksi wanita.

Jumlah hormon-hormon tersebut mencapai puncaknya di fase luteal dan menurun drastis dalam waktu singkat menjelang fase menstruasi.

Perubahan kadar hormon yang drastis inilah yang bisa menimbulkan rasa cemas, mudah emosi, dan berbagai masalah perubahan suasana hati lainnya.

2. Perubahan Kimia di Otak


Tidak hanya hormon, perubahan senyawa kimia pada otak juga mampu memengaruhi suasana hati dan emosi wanita menjelang fase menstruasi.

Sebagai contoh, penurunan kadar hormon estrogen, terutama dalam waktu singkat, bisa memicu pelepasan senyawa norepinefrin. Hal ini menyebabkan produksi dopamin, asetilkolin, dan serotonin juga ikut menurun.

Perubahan ini bisa menyebabkan seorang wanita mengalami gangguan tidur, suasana hatinya menjadi buruk, atau bahkan merasa depresi.

3. Gaya Hidup Buruk


Berikut ini adalah beberapa contoh gaya hidup yang bisa memperburuk gejala PMS.

  • perokok aktif

  • mengonsumsi minuman beralkohol

  • sering mengonsumsi makanan dengan kadar gula, garam, dan lemak yang tinggi

  • asupan makanan berlebihan dari yang dibutuhkan

  • jarang atau tidak pernah melakukan aktivitas fisik secara rutin, seperti jalan kaki, lari, senam, dan semacamnya

  • kualitas tidur buruk atau kurang tidur


4. Mengalami Gangguan Kesehatan Mental


Seorang wanita yang memiliki gangguan mental, seperti gangguan kecemasan atau depresi, lebih berisiko mengalami PMS atau bahkan PMDD (Pre Menstrual Dysphoric Disorder), yaitu PMS dengan gejala yang lebih parah.

Jika ada anggota keluarganya yang memiliki riwayat PMS atau gangguan mental (depresi, baby blues, gangguan bipolar, dan lain-lain), risiko wanita tersebut mengalami PMS juga makin tinggi.

Belum ada penjelasan konklusif terkait hubungan antara perubahan suasana hati dan gejala gangguan mental yang dimiliki seorang wanita dengan PMS maupun menstruasi

Namun, sebagian besar peneliti percaya bahwa hal tersebut ada kaitannya dengan perubahan senyawa kimia pada otak, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
Baca Juga: 5 Tipe Produk Menstruasi yang Wajib Cewek-Cewek Tau! Mana yang Lebih Cocok untuk Kamu?

Gejala PMS


Pada umumnya, gejala dari kondisi ini cenderung ringan dan tidak terlalu berpengaruh terhadap kehidupan sehari-hari.

Namun, sebagian wanita mengalami gejala yang cukup parah dan berdampak negatif terhadap kenyamanan mereka dalam menjalani rutinitas sehari-hari.

Bagi wanita yang mengalami PMS, biasanya mereka mengalami beberapa gejala yang terjadi secara konsisten menjelang fase menstruasi.

Berikut ini adalah gejala-gejala yang umum dirasakan oleh wanita yang mengalami PMS.

1. Gejala Fisik


Beberapa gejala fisik yang biasanya muncul akibat PMS yaitu:

  • lebih sensitif terhadap suara dan cahaya

  • mengalami sakit kepala

  • mengalami sembelit atau diare (hanya salah satunya)

  • muncul jerawat

  • payudara membengkak dan terasa sakit

  • perut terasa kembung

  • perut bagian bawah terasa kram

  • punggung dan sendi terasa nyeri atau sakit


2. Gejala Emosional dan Perilaku


Beberapa gejala psikis yang umum dialami saat PMS, yaitu:

  • gairah seks menurun

  • kerap merasa cemas atau gelisah

  • mengalami gangguan tidur, contohnya insomnia atau tetap merasa lelah meski durasi tidur cukup

  • nafsu makan meningkat, kadang ada perasaan seperti mengidam, terutama keinginan untuk mengonsumsi makanan manis

  • perasaannya lebih sensitif dan mengekspresikan emosi dengan lebih intens (jadi lebih galak ketika marah atau lebih mudah menangis ketika sedih)

  • sulit untuk berkonsentrasi atau mengingat informasi


Meringankan Gejala yang Muncul


Berikut ini beberapa hal yang bisa dilakukan untuk meringankan gejala PMS.

  • Alokasikan waktu dalam sehari setiap hari untuk perawatan diri, baik secara fisik maupun psikis, waktu untuk diri sendiri, dan waktu untuk berinteraksi dengan orang lain.

  • Konsumsi minuman yang dapat meredakan rasa kembung dan kram.

  • Konsumsi makanan dengan gizi seimbang, khususnya buah, sayur, dan biji-bijian.

  • Kurangi konsumsi gula, garam, alkohol, dan kafein.

  • Konsultasi dengan ahli gizi terkait konsumsi suplemen dan multivitamin untuk membantu meredakan rasa kram dan perubahan suasana hati.

  • Usahakan tidur selama tujuh hingga sembilan jam setiap malam secara teratur dan konsisten.

  • Usahakan melakukan aktivitas fisik atau berolahraga paling tidak selama 30 menit setiap hari.


Apabila gejala yang dialami makin memburuk atau tidak berkurang meski telah menjalani tips di atas, segera temui dokter spesialis kandungan untuk cek lebih lanjut kondisi kesehatan reproduksi Anda. ***

 

Baca Juga:

 

Editor: Niqi Carrera

Referensi:

  • healthline.com

  • nhs.uk

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: A Salsabila Istiqlal

Tags

Terkini

Terpopuler

X